MAID.png

Title : My Crazy Maid [Jinhee’s Story]

Cast : Oh Sehun – Park Chanyeol – Jun Jin hee – Other

Genre : Romance – Comedy – Adult

Author : Kenssi

Summary :

Seorang anggota idol korea selatan yang terkenal bernama EXO, ia adalah Oh Sehun, dari wajahnya yang tampan dan ekspresi super cool itu siapa sangka kalau saat berada di rumahnya ia adalah sosok yang berbeda. Menurutmu berbeda seperti apa?

 

Jun JIn Hee ~ adalah seorang mahasiswi dari Universitas swasta seoul, terlilit hutang karena masalah biaya yang bermacam-macam dari biaya sewa kontarakan hingga biaya kuliah, ia harus dituntut untuk melakukan banyak pekerjaan paruh waktu. Dan disaaat ia sangat terhimpit dengan keadaan, memaksanya untuk mendaftar sebagai asisten rumah tangga untuk seseorang. Siapa sangka jika seseorang yang dimaksudkan itu ialah Oh Sehun. Seorang idol terkenal di Korea Selatan.

 

“Apa? Asisten rumah tangga?? K-kau bersungguh-sungguh?”

“iya, kau tahu.. karena skandalmu beberapa waktu lalu, saat kau membuang celana dalam keluar jendela, para fans memfotonya dan mengupload di media social .. dan kau tahu? Kau menjadi viral saat itu juga. Oh sehun-ssi!!” tekan manager Oh Sehun dikalimat terakhirnya.

Sehun menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan melontarkan ekspresi polosnya. “e-eum.. aku tidak tahu, aku sedang mabuk saat itu” gumamnya nyaris tak terdengar.

“Joa, aku akan memanggil asisten rumah tanggga yang disarankan oleh agensi kita besok, kau harus siap otte?” tekan manager Kim.

“ne, arraso” balas sehun malas.

“Ah, dan satu lagi..” Manager Kim menggantungkan kalimatnya disela-sela langkahnya menuju ambang pintu. “ jaga sikapmu baik-baik, arra?”

“Aiss”

“karena setiap gerakan kecilmu akan diawasi oleh mereka, para fans-mu.. bahkan aku yakin sekarang ini diluar sana ada gemuruh fans-fansmu yang mendirikan tenda didepan gedung ini, itu karena kau bodoh”

“Ya!! Arraso!!” sehun mulai kesal.

 

Pranggggg~

“Ya!! Jun Jin Hee!! Kapan kau akan membayar hutang-hutangmu itu?? Aku sudah menua karena menunggu membayarnya, kau tahu?” Teriak seseorang dari dalam bangunan kecil sederhana. Disusul beberapa benda-benda aneh yang melayang dengan indahnya.

Ya, sepasang sepatu melayang kea tap rumah.

Suara gaduh itu mulai mengundang banyak perhatian tetangga yang tak sengaja mendengar dan segera keluar dari rumah mereka untuk melihat keadaan.

“Ada apa?” Tanya salah seorang wanita paruhbaya yang tak lain adalah tetangganya.

“Heol.. omma, seperti biasa Jin Hee onni membuat masalah dengan Bibi Jung, menagih kontarakan.. apalagi?” jawab seorang gadis berusia 15 tahunan yang mengenakan seragam sekolah.

Prangg~~

Seseorang muncul dari pintu yang terbuat dari kayu cokelat dengan tergesa-gesa, disusul beberapa perabotan rumah yang melayang, dilayangkan oleh si penagih hutang.

“Ahjumma.. mianhae, jinjja mianhae!! Aku akan segera membayarnya, jeongmal!!” gadis dengan potongan rambut sebahu itu membungkuk beberapa kali sebelum ia kabur dan lari secepat mungkin. Dengan kedua kaki yang telanjang, tanpa alas kaki tentu saja.

“Ya!!! Kemari kau bocah tengik!! Jangan kabur kau Jun Jin Hee!!” Bibi Jung meneriaki gadis itu dari kejauhan, sementara gadis itu tetap berlari dengan kecepatan seperti cheeta.

“Sial” dengus Jinhee saat ia telah berada pada jarak 50 meter dari arah rumahnya baru tadi. Dengan jaket berwarna merah maroon dan rambutnya yang tampak acak-acakan. Dalam cuaca dingin seperti ini ia berkeliaran seperti orang gila. Kedua kaki yang tak berbalut sepatu. Ia lalu duduk di bangku taman yang ramai, kedua kakinya saling bergesekan. Merasa kedinginan tentu saja, ditambah mulutnya yang mengeluarkan uap dingin. Gadis itu menggigil kedinginan.

“Aiss.. Jun Jin Hee, mengapa nasibmu begitu sial seperti ini huh?” Jinhee berceloteh diantara keramaian disekitarnya, merasa jengkel dan putus asa.

Ia melihat keadaan sekitar dengan pandangan berpikir, dengan gigi yang saling mengetuk kedinginan.

“Hmm, aku sudah melakukan 3 pekerjaan paruh waktu, dan tentu saja itu belum cukup bukan?” gumamnya pada diri sendiri.

“Jadi.. sepertinya aku harus mencari pekerjaan waktu lagi” lanjutnya kemudian.

Kedua mata bulat gadis itu berkaca-kaca, tatapan itu, menunjukkan tatapan seseorang yang sedang putus asa, sedih, kecewa menjadi satu. “Aku harus bagaimana?” lirihnya perlahan.

Jin Hee menyandarkan kepalanya pada kursi taman, kedua tangannya ia masukkan kedalam saku jaket. Dengan kedua kaki yang masih saling bergesekan untuk menahan dingin. Sudah siang, dan ia belum melakukan apa-apa hari ini. Aktivitasnya menjadi pelayan di Café ia tinggalkan. Karena Bibi Jung pagi-pagi sekali datang untuk menagih hutangnya yang belum terbayar dan membuat perasaan gadis itu menjadi kacau. Jin Hee mengatupkan kedua matanya perlahan, lalu disusul helaan napas panjang yang keluar dari mulutnya yang berasap.

Sret~

Belum sampai 5 menit ia ingin menenangkan diri, Jin Hee mendadak membuka matanya tatkala ia mendengar suara sesuatu yang terlempar kearahnya, ia menatap sekitar.

“Ada apa? Kenapa?” gumamnya sembari menoleh kekanan dan kekiri. Ia lalu menangkap sesuatu yang tergeletak disampingnya, sebuah brosur besar dengan gambar lelaki paruh baya yang melipat kedua tangannya didepan.

“Apa ini?” Jin Hee mengambil brosur tersebut lalu mulai membaca isinya perlahan.

“dibutuhkan asisten rumah tangga modern dengan gaji spektakuler sebesar— ” kalimatnya terpotong saat ia menyadari sesuatu yang tidak biasa tertulis disana.

Kedua matanya membelalak lebar.

“Ha??! Upah 10.000 won per hari?? Jinjja???” teriaknya kencang.

“Ha?? Jinjjaa??” ia melotot tidak percaya.

Jin Hee menggelengkan kepalanya cepat “T-tidak, siapa yang akan menggaji dengan nilai setinggi itu setiap hari dan aku beransumsi kalau aku pasti hanya akan dijadikan wanita bar ditempat itu” Tukasnya ragu. Ia menatap kosong kedepan. “Tidak mungkin” lanjutnya kemudian.

“Aku harus segera menemukan alamat ini dan menanyakannya”

Jin Hee buru-buru kabur dengan keadaan tanpa alas kaki. Ia berlari dan menaiki sebuah Bus untuk menuju ke alamat yang tertera di brosur yang digenggamnya,

“aku harus cari tahu ini penipuan atau asli” gumam jinhee tidak sabaran.

Selama 30 menit ia menaiki bus itu dan berhenti didepan sebuah bangunan besar bertingkat, dengan tulisan megah “BIRO ASISTEN RUMAH TANGGA HANBYUL” dalam bahasa hangul.

Jinhee melihat bangunan itu dan berkata “Waah” sambil melongo. “Besar sekali” ia melanjutkan. Langkah kaki jinhee yang berjalan cepat tanpa alas kaki membuat orang-orang disekitarnya menatap aneh kearah gadis itu. Buru-buru ia masuk kedalam bangunan itu dan menghadap ke Resepsionis yang ada disana.

“P-permisi, apa ini tempat Biro Asisten Rumah Tangga di Brosur ini?” tanyanya dengan menunjukkan sebuah brosur ditangannya yang sedikit bergetar karena kedinginan.

Resepsionis cantik itu mengangguk pelan. “Ya, apa ada yang bisa saya bantu?”

Jinhee mengangguk. “Saya mau mendaftarkan diri menjadi calon asisten rumah tangga, apa masih ada lowongan?”

Wanita muda itu mengangguk “Ne, silahkan ikuti saya Agashi”

Resepsionis tersebut menuntun Jin Hee ke sebuah ruangan, yang disebut-sebut ruangan itu berada di lantai paling atas, lantai 12. Jinhee menelan ludahnya lamat-lamat dan menatap ragu kearah resepsionis yang berada disampingnya itu, ya.. ia takut akan terjadi sesuatu padanya nanti.

‘Bagaimana.. kalau aku akan dijadikan daging cincang sesampainya diatas nanti?’ asumsi Jin Hee ketakutan.

Ting~

Pintu Lift terbuka dan ia kini telah berada di lorong lantai 12.

“Silahkan anda masuk kedalam ruangan dengan pintu berwarna hitam di ujung sana Agashi, saya hanya bisa mengantarkan sampai sini saja.” Resepsionis itu menunjuk sebuah ruangan yang berada di ujung, lalu membungkuk.

“N-ne” Jinhee mengangguk ragu.

Kakinya yang telanjang itu melangkah dengan bergetar. Ragu-ragu sekali perasaanya saat ia menerima kenyataan bahwa ia telah sampai pada tempat yang seperti ini. Tempat yang begitu menyeramkan. Kalau saja ia tidak termakan rayuan gaji 10.000 won itu pasti sekarang ini ia sudah berada di Café dan melayani pelanggan dengan gaji pas-pasan tapi tidak membahayakan nyawanya.

Jin Hee sudah sampai didepan sebuah pintu berwarna hitam. Tangannya terangkat untuk segera mengetuk daun pintu tersebut, tapi lagi-lagi nyalinya tidak cukup kuat untuk hal ini. Ia sangat ingin memutar balikkan badannya dan kembali kerumah dengan selamat. Jinhee berkeringat dingin. Kakinya hendak memutar balik dan segera melangkah  pergi.

Tap-tap-tap

Set~

Kedua matanya membelalak untuk yang kedua kalinya saat sebuah tangan menariknya cukup kuat. Bibir Jinhee bergetar. “M-mianhae!! Jinjja Mianhae, aku ingin pulang.. jeball!! hikss” entah makhluk apa yang merasukinya saat ini, gadis itu berteriak dan menangis dengan kedua mata saling tertutup karena takut.

Tiba-tiba sosok yang menahannya itu mulai bersuara.

“Hahaha, kau sudah sampai disini.. kenapa kau ingin kembali huh?” suara lelaki paruh baya dibelakangnya.

“Hiks.. aku takut hikss” jinhee terisak.

“Agashi, jangan takut.. aku tidak akan menggigitmu, kau tahu? Aku seorang vegetarian” kata sosok itu perlahan.

Jinhee mencoba membuka matanya pelan-pelan dengan air mata yang telah membuat eyeliner nya luntur, gadis itu lalu membalikkan badannya perlahan. Hendak melihat siapa sosok yang sudah memegang tangannya itu. Seorang lelaki paruh baya dengan jas biru tua yang melekat di tubuhnya yang berisi. Rambutnya yang mulai memutih dan tinggi sekitar 160 cm. jinhee mengedipkan matanya beberapa kali. Merasa konyol.

“Agashi, masuklah” lelaki itu membawanya kedalam ruangan dibalik pintu hitam tersebut.

Ia memandang seisi ruangan itu dengan pandangan melongo. Takjub akan interior yang sangat cantik didalamnya.

“duduklah” perintah lelaki itu.

Jinhee lalu duduk didepannya. Lelaki paruh baya itu tersenyum kecil lalu menatap kearah jinHee “Perkenalkan, aku adalah CEO dari Biro ini, bukankah kau akan mendaftar untuk pekerjaan yang aku tawarkan, Agashi?”

Jinhee membalasnya dengan anggukan. “N-ne, Tuan..”

Pria itu tersenyum kearah Jinhee. Membuat gadis itu membatin

‘mengapa paman ini selalu tersenyum, dan senyumannya itu membuatku takut’

“Akan ada hal yang kusampaikan padamu mengenai pekerjaan ini, sebenarnya.. ini bukanlah pekerjaan asisten rumah tangga biasa.”

“Hm?” Jinhee membelalak lagi. Kaget tentu saja. Tidak tahu apa maksud dari ucapan pria paruh baya ini.

“Kau.. akan ditugaskan untuk.. menjadi asisten rumah tangga seorang Artis” lanjut Pria itu dengan nada serius.

Sontak hal itu membuat Jinhee tersedak liurnya sendiri.

“Uhukk!! A-apa tuan??” Jinhee melotot tidak percaya. Ia menepuk-nepuk kedua pipinya bergantian.

‘Pantas saja gajinya 10.000 won perhari’ batinnya lagi.

“Ya, Agashi.. akan ada beberapa peraturan yang wajib kau patuhi selama kau bekerja sebagai asisten rumah tangga di rumah Artis tersebut” sambung pria paruh baya itu.

Jinhee mengangguk. “N-ne, Tuan.. apa saja peraturannya?” tanyanya perlahan.

Tuan Lee membuka sebuah lembaran kontrak yang sebelumnya ia tulis.

“Pertama.. kau harus memahami privasi majikanmu, disana kau bekerja sebagai asisten rumah tangga, bukan seorang fans atau orang-orang labil yang bisa memotret hal-hal yang menurut mereka lucu dari Artis tersebut, dalam tanda kutip.. Kau harus menjaga privasi Majikanmu dengan baik. Jika terjadi sesuatu padanya atau kau membocorkan sesuatu mengenai majikanmu kepada orang lain, maka kau akan mendapat hukuman karena melanggar peraturan dalam kontrak kami.”

“Astaga..” Jinhee menghela napas pelan.

“Kedua… kau harus melindungi majikanmu saat berada di lingkungan tempat tinggalnya”

“Melindungi?” Jinhee mengerutkan dahinya bingung.

Pria itu mengangguk “Ya… kau tahu, ada banyak fans jahil yang sangat gemar menyakiti idola yang dibencinya, terkadang mereka bisa mengirim 10 bangkai tikus lewat kantor pos pada idolanya, pisau untuk bunuh diri, dan hal-hal aneh lainnya”

“M-mwo??” Jinhee membelalak kaget.

Tuan Lee lalu melanjutkan “mereka manusia bukan? Mereka bisa membenci seseorang yang tampak sempurna sekalipun karena mereka memang manusia. Jadi, tugasmu adalah untuk melindunginya apabila ada sesuatu yang mengancam majikanmu, baik itu dari tindakan fans / orang lain disekitarnya”

“Ne, Tuan Lee” Jinhee mengangguk pasrah.

Tuan Lee hendak mempersilahkan Jinhee untuk mengisi formulir pengajuannya, namun ia tiba-tiba teringat akan satu hal yang penting.

“Oh, iya.. peraturan ketiga.. kau tidak boleh berpacaran dengan majikanmu sendiri, arra?”

Jinhee mengernyitkan dahinya. “ Mwoya?”

“Jinhee-ssi?”

“Ne, Tuan Lee” jawab Jinhee

‘Hya! Kalau nanti majikanku seusia Song Seung Hoon aku masih bisa menerima untuk memacarinya, tapi kalau usianya seperti kakekku sendiri, bagaimana aku bisa berpacaran dengannya?’